7 Novel sejarah yang mengandung ilmu filsafat dan ilmu silat dalam ceritanya

Banyak Novel yang menggunakan peristiwa sejarah sebagai latar belakang ceritanya. Tak sedikit di antara novel sejarah memakai latar waktu masa penjajahan, kerajaan dan peristiwa bersejarah lainnya. Ada juga beberapa novel yang secara khusus menceritakan kisah hidup seorang tokoh bangsa atau tokoh kenamaan pada masanya. Unsur histori dan hikayat yang terdapat pada novel sejarah membuat kisah yang diceritakan menjadi semakin seru dan terasa lebih nyata.

Beberapa dekade / dasawarsa terakhir ini banyak muncul karya sastra berupa prosa novel-novel bertema silat dengan latar cerita sejarah Nusantara. Cerita ini umumnya banyak mengandung pembelajaran, nilai filsafat, keanekaragaman ilmu silat dan Kekayaan Nilai-Nilai Karakter pada ceritanya.

Penasaran, apa saja novel sejarah yang admin maksud, langsung saja simak daftar ulsannya berikut ini.

Serial Nagabumi

Serial Nagabumi merupakan novel  / cerita silat karangan Seno Gumira Ajidarma.

Dikisahkan Pulau Jawa tahun 871. Pendekar tanpa nama yang telah mengundurkan diri dari dunia persilatan sudah 100 tahun umurnya. Pendekar tua itu sudah lupa, siapa saja lawan yang pernah terbunuh olehnya, dan barangkali kini murid atau kerabat lawan-lawannya datang menuntut pembalasan dendam. Bahkan negara menawarkan hadiah besar untuk kematiannya.

Pendekar tua itu tahu ajalnya sudah dekat, tetapi ia tidak ingin mati sebelum menuliskan riwayat hidupnya, sebagai cara membongkar rahasia sejarah.

Nagabumi, sebuah cerita tempat orang-orang awam menghayati dunia persilatan sebagai dunia dongeng, tentang para pendekar yang telah menjadi terasing dari kehidupan sehari-hari, karena tujuan hidupnya untuk menggapai wibawa naga.
Nagabumi adalah drama di antara pendekar-pendekar, pertarungan jurus-jurus maut, yang diwarnai intrik politik kekuasaan, maupun pergulatan pikiran-pikiran besar, dari Nagasena sampai Nagarjuna, dengan selingan kisah asmara mendebarkan, dalam latar kebudayaan dunia abad VIII-IX.

Pandaya Sriwijaya

Pandaya Sriwijaya merupakan novel / cersil Karya Yudhi Herwibowo 

Dikisahkan Pemilihan Pandaya Sriwijaya, pengawal istimewa kerajaan, seharusnya telah berakhir. Namun, kehadiran seorang gadis bercadar dengan rajah kupu-kupu di pipinya membuat keputusan Dapunta Cahyadawasuna berubah. Gadis itu tak kalah hebatnya dengan pandaya terpilih, seorang pemuda dengan tiga pedang. Pertempuran keduanya, dengan jurus- jurus kejutan yang begitu dahsyat, seolah tak akan pernah usai. Keduanya sama kuat. Dapunta Cahyadawasuna pun menjatuhkan keputusan dan berbeda dari tradisi sebelumnya, Sriwijaya kini memiliki dua pandaya.

Sriwijaya, di tengah ancaman kerajaan tetangga dan kedatuan-kedatuan yang mulai berkhianat, masih menggenggam ambisi menguasai Bhumi Jawa. Dibutuhkan pendekar-pendekar kuat nan digdaya untuk mencapainya, selain juga armada-armada yang tangguh. Namun, upaya mempertahankan kebesaran Sriwijaya bukan tanpa biaya. Ada luka, tangis, amarah, dan tak ketinggalan, dendam.

Dan, tak ada yang mengira, sebuah dendam bisa memorakporandakan kesatuan terhebat di wilayah Nusantara pada masa itu. Berhasilkah para Pandaya Sriwijaya mempertahankan kebesaran yang selalu dibanggakan para leluhur?

Dalam 12 purnama, Balaputradewa mengucurkan darah 25.00 nyawa. Semua demi kebesaran sebuah nama: Sriwijaya.

Nagasasra dan Sabuk Inten

Nagasasra dan Sabuk Inten adalah novel cerita silat klasik karya S.H. Mintardja.

Dikisahkan Mahesa Jenar pergi mengembara meninggalkan Istana Demak karena perselisihan soal keyakinan agama (Mahesa Jenar adalah murid Syekh Siti Jenar, seperti juga Ki Kebo Kenanga alias Ki Ageng Pengging) dan karena hilangnya pusaka-pusaka Kesultanan Demak, di antaranya keris-keris Kiai Nagasasra dan Kiai Sabukinten. Keris-keris itu ternyata tengah menjadi rebutan tokoh-tokoh golongan hitam, karena dianggap bisa menjadi sipat kandel (Jawa: modal spiritual) bagi penguasa Tanah Jawa.

Sementara itu dalam perjalanannya menemukan kembali keris Nagasasra dan Sabukinten, Mahesa Jenar menemukan beberapa persoalan lain yang saling kait mengait. Menghilangnya ayah Rara Wilis, yang kemudian menjadi kepala gerombolan di Gunung Tidar. Sementara itu sahabatnya, Ki Ageng Gajah Sora yang menjadi Kepala Daerah Perdikan Banyu Biru, difitnah oleh adiknya, Ki Ageng Lembu Sora, yang tamak ingin menguasai wilayah Banyu Biru, dan pada akhirnya harus ditangkap dan ditahan di Demak. Dalam pada itu, semua gerombolan dari golongan hitam itu berdatangan menyerbu ke Banyu Biru, karena adanya isu keberadaan keris Nagasasra dan Sabukinten di daerah tersebut.

Mahesa Jenar, dengan dibantu sahabat-sahabatnya, berupaya keras menyelamatkan Banyu Biru dari bencana, sambil mendidik Arya Salaka sebagai pewaris wilayah Banyu Biru pada masa depan. Sedangkan keris-keris Nagasasra dan Sabukinten diselamatkan oleh seorang sakti yang selalu diliputi oleh rahasia, namun sangat dihormati oleh Baginda Sultan Trenggana dari Demak.

Damarwulan Senapati Kerajaan Majapahit

Damarwulan Senapati Kerajaan Majapahit merupakan novel karangan Zube Usman.

Damarwulan tokoh legendaris dalam sastra lisan Jawa Timur telah diangkat penulis menjadi cerita yang menarik.

Dengan latar Kerajaan Majapahit yang diperintah raja putri Dewi Suhita, Damarwulan sebagai tokoh kebenaran dapat menaklukkan Menak Jingga, Raja Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit.

Dalam cerita ini muncul pula tokoh punakawan Sabda Palon dan Naya Genggong pada pihak yang benar serta Dayun pada pihak yang salah yang dapat memberi wama tersendiri dalam khazanah sastra Indonesia.

Mudah-mudahan buku ini dapat memenuhi permintaan pembaca yang sudah terlalu lama menantikan penerbitan ulang.

Senopati Pamungkas

Senopati Pamungkas adalah novel / cersil karya Arswendo Atmowiloto.

Diceritakan Baginda Raja Sri Kertanegara membawa Keraton Singasari ke puncak kejayaan yang tiada taranya pada awal sejarah keemasan. PAsukan Tartar yang berhasil menaklukkan dunia dipecundangi. Umbul-umbul berlambang singa berkibar ke seberang lautan.

Idenya mendirikan Ksatria Pingitan, semacam asrama yang mendidik para prajurit sejak usia dini, menghasilkan banyak ksatria. Di antaranya Upasara Wulung, yang sepanjang usianya dihabiskan di situ.
Upasara Wulung terlibat dalam intrik Keraton, perebutan kekuasaan, pengkhianatan, keculasan, terseret arus jago-jago kelas utama: mulai dari Tartar di negeri Cina, Pu’un Banten, puncak gunung, dengan segala ilmu yang aneh. Juga lintasan asmara yang menggeletarkan.

Ilmu segala ilmu itu adalah Tepukan Satu Tangan, di mana satu tangan lebih terdengar daripada dua tangan. Di banyak negara diberi nama berbeda, tetapi intinya bsama. Pasrah diri secara total.

Diangkat sebagai senopati oleh Raden Wijaya, yang mendirikan Majapahit dengan satu tekad: “Seorang brahmana yang suci bisa bersemadi, tetapi seorang ksatria mempunyai tugas bertempur, membela tanah air.”

Geger Tarumanegara (Runtuhnya Sriwijaya Di Bumi Jawa)


Dalam tahun 686 Kerajaan Tarumanagara takluk di bawah panji kebesaran kerajaan Sriwijaya, Prabu Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang sebenarnya masih menantu Prabu Linggawarman menempatkan orang-orang keperayaannya seperti Senapati Apal dan Tumenggung Jari Kambang untuk mengelola negeri  taklukan tersebut.

Adalah Mentri Kanuruhan Rajendra, perwira tinggi Tarumanagara sebelum perang meletus antara Tarumanagara dengan Sriwijaya telah menugaskan sang adik Udayana untuk mengungsikan Udaka anaknya yang kala itu masih berusia lima tahun agar meninggalkan tanah Tarumanagara sejauh mungkin. Di sebuah desa di kaki Gunung Salak Udayana menggembleng Udaka yang namanya diganti menjadi Taruma dengan harapan kelak Udaka atau Taruma mampu menghimpun kekuatan untuk merebut kembali tanah Tarumanagara dari pendudukan Kerajaan Sriwijaya.

Tujuh belas tahun kemudian, Taruma dan pamannya Udayana kembali ke Tarumanagara, konflik pun terjadi hingga memaksa Mantri Kanuruhan Rajendra sekeluarga tersingkir dari Keraton akibat konsfirasi busuk Senapati Ampal. Di desa Gelino Mentri kanuruhan Rajendra mulai menyusun rencana kudeta terhadap Tumenggung Jari kambang. Konflik pun semakin rumit dengan kehadiran gerombolan Sempani yang memanfaatkan situasi mengatasnamakan pergerakan kemerdekaan Tarumanagara yang sebenarnya untuk kepentingan pribadinya.

Kisah pun semakin kompleks dengan kisah roman haru biru dari beberapa tokoh utamanya, kisah-kisah cinta para kesatriya yang berbalut perjuangan ini begitu menghentak sukma melebur dalam relung-relung jiwa membuahkan kekuatan dahsyat dalam merobah tatanan sebuah negeri.

Api Di Bukit Menoreh

Cerbung Api Di Bukit Menoreh karya S.H Mintardja ini berkonsenterasi pada tokoh penakut bernama Agung Sedayu, seorang adik senapati Pajang. 

Seiring perjalanan waktu, hilanglah sifat penakut dalam diri Sedayu. Bahkan dia menjadi satu nama yang diperhitungkan dalam dunia olah kanuragan Jawa.

Meski Agung Sedayu menjadi seorang yang sakti namun dia tidak menjadi congkak dan mendewakan diri. Sebaliknya seiring kemampuan yang meningkat juga meningkatlah budi pekerti, semakin jadi manusia. Mengambil latar waktu dari masa awal berdirinya Pajang sampai masa pemerintahan Panembahan Hanyakrawati di Mataram, cerbung ini menyajikan sejarah dengan cara bertutur yang baik.

Seakan penulis ingin membeberkan analisanya terhadap sejarah Indonesia dan Tanah Jawa khususnya yang pelik dan penuh pertentangan antar saudara sendiri. Cerbung ini akan menunjukkan pada anda apa arti kesabaran, hati yang bersih, terutama bagaimana dendam akan menghancurkan siapa yang bersinggungan dengannya. Cerbung ini tidak hanya berkisah tentang kepahlawanan orang sakti, tapi lebih terutama bagaimana orang sakti itu mengabdi tanpa kehilangan kemanusiaannya. Selamat membaca.

Posting Komentar